[Hikmah dan Pelajaran 3]
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu mengatakan kepada mereka, “Betapa cepat kebinasaan kalian!”
Ini menunjukkan kepada kita bahwa bid’ah adalah jalan menuju kebinasaan.
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah mengatakan,
“Bid’ah lebih dicintai Iblis daripada maksiat. Sebab, orang bisa bertobat dari maksiat sedangkan bid’ah, orang tidak bertobat darinya.”
Bid’ah tidak bisa tobat darinya, maksudnya seorang pelaku bid’ah menganggap bahwa amalan bid’ah yang dilakukannya adalah amalan yang baik. Maka, selama orang tersebut menganggap bahwa itu baik, dia tidak akan bertobat darinya. Sebab, hal yang pertama dari tobat adalah meyakini bahwa apa yang dilakukannya merupakan perkara jelek. Akan tetapi, tobat tetap mungkin terjadi jika Allah memberinya hidayah hingga mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. [Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah rahimahullah]
Di sini lain, perbuatan bid’ah akan menjadikan seseorang meninggalkan sunnah. Sebab, seseorang yang melakukan bid’ah terkuras tenaganya, tersibukkan pikirannya, dan terisi kalbunya dengan amalan bid’ah tersebut. Sehingga, pantaslah Abu Idris Al-Khaulani rahimahullah dahulu mengatakan, “Tidaklah suatu kaum mengadakan suatu bid’ah, kecuali Allah mengangkat dari mereka sunnah.” Inilah di antara bentuk kebinasaan para pelaku bid’ah.
[Hikmah dan Pelajaran 4]
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ini, para shahabat Nabi [ﷺ] masih banyak.”
Ucapan ini menunjukkan wajibnya memahami perkara agama ini dengan pemahaman shahabat.
Janganlah memahami dalil Al-Quran dan hadis dengan pemahaman sendiri tanpa merujuk pada bimbingan shahabat. Rasulullah [ﷺ] berpesan yang artinya, “Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan ajaranku dan ajaran Khulafaur Rasyidin setelahku.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga telah mewanti-wanti, “Siapa yang hendak meneladani, hendaknya dia teladani yang telah mati. Sebab, orang yang masih hidup tidak aman dari godaan (yakni, belum ada jaminan istiqamah hingga ajal menjemput). Mereka inilah para shahabat Nabi. Mereka inilah orang-orang terbaik dari umat ini: kalbu mereka terbaik, ilmu mereka paling dalam, dan paling sedikit berlebih-lebihan. Merekalah orang yang telah Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya [ﷺ] dan menyampaikan agama-Nya. Maka, contohlah akhlak dan jalan mereka. Mereka ada di atas petunjuk yang lurus.” [Syarhus Sunnah, Al-Baghawi]
[Hikmah dan Pelajaran 5]
Mereka berdalih, “Tidaklah kami menginginkan kecuali kebaikan.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menjawab mereka, “Betapa banyak orang yang ingin kebaikan, tapi sayang tidak bisa mendapatkannya.”
Diambil hikmah dari sini, bahwa niat saja tidak cukup. Niat yang baik harus dibarengi cara yang benar.
Dua syarat ini mesti terpenuhi bagi siapa saja yang menginginkan kebaikan. Dari sini, bisa kita simpulkan kekeliruan ucapan yang banyak menyebar di masyarakat, “Yang penting niatnya baik.”
Demikian sedikit hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjaga kaum muslimin dari berbagai bid’ah.
Url: http://bit.ly/Fw410515
••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net
__ t.me/s/majalahtashfiyah